Ternyata Fay pernah ikut audisi IMB tahun 2010, tetapi saat itu ia gagal lolos. ”Sebenarnya saya ikut audisi IMB tahun 2010 di Jogja, tapi nggak lolos. Karena memang saat itu tidak serius main,” kata Fay.
Setelah gagal, Fay pun melanjutkan pekerjaan sebagai guru gitar dan penyanyi kafe di Solo yang sudah dilakukan sejak kelas 2 SMA. Sayang, pekerjaan itu pun tidak memberikan hasil yang maksimal.
Adanya persaingan dengan penyanyi lain dan genre musik yang sulit diterima masyarakat luas, membuatnya tidak mulus menjadi penyanyi kafe. Pendapatannya sebagai guru gitar juga tidak seberapa karena muridnya sedikit. Apalagi mereka membayarnya sesuka hati.
Di tengah situasi keuangan yang tidak stabil, pada 20 November 2011, Fay nekat menikahi kekasih yang setahun dipacarinya. Sayang, kebahagiaan itu hanya dirasakan seminggu. Setelah itu mereka ribut. Bahkan, kehamilan sang istri tidak membuat rumah tangga itu tenang.
Fay yang sampai saat ini belum resmi bercerai itu pun keluar dari rumah. Dia hidup menggelandang selama sebulan, tanpa pekerjaan dan tempat tinggal. Tak lama kemudian, dia menerima ajakan teman-temannya hijrah ke Jogja dan memulai hidup baru.
Di kota pelajar itu, keberuntungan mulai menghampirinya. Peni Candrarini, dosen di Institut Seni Indonesia menawarinya ikut ke KBRI di Zimbabwe untuk unjuk kebolehan. ”Sebenarnya, yang ingin diajak adalah Dewa Budjana tapi dia berhalangan, jadinya saya yang gantikan,” jelas pria berusia 28 tahun itu.
Fay pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia berangkat ke Zimbabwe akhir April. ”Rasanya sungguh luar biasa. Saya nggak pernah kebayang bakalan bisa bermain di luar negeri. Saya berterima kasih ke Mbak Peni karena sudah memberikan kesempatan itu,” ucapnya tulus.
Lolos Audisi
Suatu hari di bulan Juni, seorang teman memaksanya datang ke Universitas Kristen Duta Wacana Jogja. ”Setelah sampai sana, saya mikir kenapa banyak yang pakai seragam Trans TV? Ada apa ini? Teman pun njelasin kalau itu audisi IMB dan saya sudah didaftarin,” ceritanya.
Mau tidak mau Fay pun memainkan gitarnya. Ternyata pada audisi kali ini, penampilannya berhasil memukau juri dan Fay dinyatakan lolos. Tapi itu tidak membuatnya puas. Ketika di Jakarta dibuka audisi, Fay kembali mengikutinya. Fay ingin menunjukkan bila sebenarnya dia bisa memainkan dua gitar sekaligus.
Dalam setiap penampilannya, pria kelahiran 12 Juni 1984 itu punya prinsip. ”Saya tetap mempertahankan musik etnik, tapi dimasukkan dengan cara halus. Karena konsep pertunjukkan IMB adalah menghibur, sementara musik etnik pada dasarnya tidak bisa dinikmati semua orang,” katanya.
Setelah menyelesaikan tugasnya di IMB, Fay berencana segera rekaman. ”Saya ingin bikin rekaman musik etnik agar musik itu dikenal di seluruh Indonesia dan dunia,” pungkasnya.
”Saya Gila Bermain Gitar”
Setiap orang yang melihat permainan gitar Fay Ehsan pasti akan terpana. Bagaimana tidak? Di tangannya gitar tidak hanya menghasilkan alunan musik dengan cara dipetik, tetapi juga dipukul.
Untuk mendapatkan alunan musik seperti itu tentu tidak mudah. Butuh waktu lama dan ketekunan untuk mendapatkan teknik permainan gitar yang diberi nama drumming itu. Fay mengaku baru bisa menguasai permainan drumming dengan sempurna sekitar dua tahun lalu. Padahal, belajar teknik itu sejak usia 15 tahun.
Sejak mengenal gitar pula, Fay melupakan cita-citanya semasa kecil yang ingin menjadi TNI AU. Padahal, dia sempat secara serius mempersiapkan diri menjadi tentara.
Kecintaannya terhadap musik juga membuat bungsu dari tiga bersaudara itu ditentang keluarganya. Hal itu berlanjut hingga beberapa waktu lalu sebelum dia lolos IMB. Tapi, setelah dia tembus ke babak semifinal dalam ajang IMB, keluarga mendukungnya.
”Saya pikir ini juga sebagai tanda bukti kepada keluarga, kalau saya memang serius jadi musisi. Mereka sekarang mendukung saya sepenuhnya,” terangnya.
dikutip dari : nyata.co.id
4.5
TinusCezz